Arah Idealitas Sebagian pihak mengatakan bahwa Mahasiswa adalah kaum intelek karena mengenyam pendidikan formal sampai pendidikan tinggi. Selain tingkat kapasitas pengetahuan yang dimiliki, juga karena faktor ekonomi karena tidak semua orang berkesempatan untuk kuliah. Ditinjau secara fisik, Mahasiswa telah mencapai kedewasaan. Selain itu perkembangan pemikirannya pun sudah mencapai tingkat kematangan, sehingga mahasiswa harus dipandang sebagai sosok manusia yang telah memiliki kesadaran untuk menentukan sikap diri serta bertanggungjawab terhadap segala sesuatu akibat pemilihan sikap dan tingkah lakunya. Peran Mahasiswa sejauh ini senantiasa diwarnai oleh situasi politik yang ada, mereka biasanya memerankan diri sebagai oposan yang kritis sekaligus konstruktif terhadap ketimpangan-ketimpangan sosial akibat dari kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat. Mereka sangat tidak toleran terhadap penyimpangan apapun bentuknya dan nurani mereka masih bersih. Beberapa momentum seperti 1908 (Budi Utomo), 1928 (Sumpah pemuda), 1945 (Proklamasi), 1965 (melawan PKI), 1998 (Reformasi)hanya sedikit menggambarkan tentang kepedulian Pemuda dan mahasiswa dalam mengawasi jalannya Pemerintah. Selain itu, sikap ideal yang harus dimiliki mahasiswa diantaranya: 1. Berprestasi dalam Akademik. 2. Dapat menentukan skala prioritas. 3. Bersikap kritis 4. Menghargai pendapat orang lain. Arah realitas Melihat kondisi mahasiswa saat ini, paling tidak ada tiga hal yang menggambarkan realitas mahasiswa: 1. Mahasiswa terjebak pada urusan akademik Biaya kuliah yang tinggi membuat mahasiswa tidak tertarik lagi untuk mengikuti organisasi pergerakan mahasiswa. Mahasiswa harus cepat lulus dan hanya fokus kuliah, bahkan berani mencontek hanya sekedar untuk membahagiakan orang tua. Selain itu mahasiswa juga harus masuk kuliah 75% sehingga kesempatan untuk berorganisasi berkurang. 2. Budaya yang berkembang pada Mahasiswa Mahasiswa kini terjebak pada budaya hedonisme atau hura-hura. Aktifitas nongkrong, pacaran, dan Pergaulan bebas adalah fenomena yang dilakukan saat ini. Selain itu mahasiswa kini bersikap pragmatis dan cenderung apatis terhadap kondisi disekitarnya. Budaya intelektual seperti membaca, menulis, dan diskusi jarang dilakukan. 3. Perkaderan Gerakan Mahasiswa yang lemah dan tidak eksis di kampus. Banyak mahasiswa kini yang tidak mengenal gerakan mahasiswa dan mungkin tidak berminat dengan aktivitas yang diadakan. Gerakan yang ditawarkan cenderung kurang up to date dan monoton. Selain itu kurangnya sosialisasi juga menyebabkan ketidaktahuan mahasiswa tentang gerakan mahasiswa. Beberapa kampus juga mulai kurang berpihak kepada gerakan mahasiswa, hal ini dapat dilihat dengan kebijakan yang melarang gerakan mahasiswa ekstra kampus untuk bersosialisasi di kampus, bahkan beberapa kampus tidak mempunyai BEM. Inisiasi “Janganlah engkau sombong atas aktivitas yang telah engkau lakukan, dan janganlah engkau berpangku tangan padahal masih banyak hal yang harus dilakukan’ Dunia kampus adalah dunia intelektual, harusnya dipandang sebagai wadah untuk mengembangkan kepribadian dan kepemimpinan. Dan jika Perguruan tinggi hanya dimaknai sebagai sebagai batu loncatan, bisa meloncat menjadi elite, meloncat menjadi kaya, hal ini tidak mengherankan jika pendidikan terus naik biayanya. Paradigma masyarakat modern memandang bahwa kaum intelek sebagai kelas masyarakat sendiri, masyarakat yang semakin modern yang lebih mengutamakan kemampuan berpikir dan menjadikan intelektual sebagai panutan. Budaya intelektual harus selalu dipertahankan. Membaca, Menulis, dan Berdiskusi harus selalu mengalir pada kehidupan mahasiswa. Membaca dan menulis tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita, terlebih sebagai kaum intelektualis. Ditulis oleh : Deins Al atur
Refleksi Sumpah Pemuda; Kenapa mahasiswa dikatakan sebagai Agent of Change?
Written by HMI CABANG PURWOREJO on Jumat, 14 Oktober 2011 at 23.28
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 Responses to "Refleksi Sumpah Pemuda; Kenapa mahasiswa dikatakan sebagai Agent of Change?"
Posting Komentar